UH KESAL NYA AKU HARUS BERBAGI PENIS DENGAN TEMAN KARIB KU
69CeritaSex - Akhirnya aku semakin terjerat dengan bapak
kostku yang mempunyai perbedaan umur 25 tahun (dia berumur 46 tahun).
Kami melakukan selalu pada siang hari, yaitu pada saat istrinya sedang
berada di kantor, dan semua teman kostku sedang kuliah.Sudah enam bulan
berlalu, tanpa satu orang pun yang tahu, hanya barangkali pembantu rumah
tangga yang mencium sesuatu diantara kami berdua.Oom Marno pandai
memainkan sandiwara dalam pergaulan sehari-hari di rumah. Dia
memperlakukanku secara wajar, dihadapan rekan kostku yang lain maupun
dihadapan istrinya.Jika tidak ada kuliah dan rumah kosong (kecuali
pembantu), aku hampir selalu memuaskan hasratku.Dan untuk keamanan, aku
selalu mempunyai stock kondom di lemariku yang selalu terkunci (walaupun
pembelian kondom ini selalu menjadi masalah tersendiri bagiku, karena
aku masih malu untuk membeli alat kontrasepsi tersebut).Nani (bukan nama
sebenarnya) adalah teman karibku yang tinggal sekamar denganku yang
saat ini entah berada dimana, karena sejak kami lulus sarjana 15 tahun
yang lalu, kami tidak pernah berhubungan lagi.
Pada suatu hari Nani pulang dari kuliah.
Seperti biasanya tanpa ketuk pintu dia langsung masuk ke kamar. Ketika
itu aku terbangun dari tidurku.Nani langsung mencopot sepatu dan
mengganti pakaiannya dengan celana pendek dan t-shirt yang ketat. Dia
memang tampak sexy dengan pakaian itu, buah dadanya tampak membusung,
ditambah wajahnya yang cantik, aku yakin banyak pria yang
menyukainya.Dia tiba-tiba mengambil sesuatu dari pinggir bantal yang
kupakai, aku terkesiap ketika mataku melirik barang yang baru
diambilnya.Jantungku hampir copot rasanya.Lin, ini punya siapa..?
matanya melotot, mulutnya terbuka penuh kekagetan.Aku tidak dapat
menjawab, aku masih mencoba menenangkan hatiku. Di ujung jarinya masih
dipegangnya kondom bekas pakai yang ujungnya masih berisi cairan
putih.Memang ini kecerobohanku, biasanya sehabis melakukannya selalu
kubungkus tissu dan kusimpan di tas atau lemari. Tapi kali ini aku
ketiduran sehingga lupa mengamankan benda berharga itu.Dengan pacarmu..?
Aku hampir mengangguk, tetapi mulutku
berbicara lain, Oom Marno.. jawabku pendek.Oh.., hebat sekali kamu,
ceritain dong, aku pikir kamu alim, sungguh mati aku nggak nyangka kalau
kamu juga udah pinter.Kamu curang, aku selalu jujur dan cerita apa
adanya sama kamu. Eh nggak taunya pengalamanmu lebih hebat dariku. Nani
terus menerocos sambil merebahkan tubuhnya di sampingku.Sudah berapa
kali kamu sama Oom Marno..?Aku memaklumi protes dan rasa penasarannya,
karena Nani selama ini selalu terbuka denganku.Dia selalu menceritakan
hubungaan sex-nya dengan pacarnya sedetil-detilnya , dari ukuran penis
sampai posisi pada saat melakukannya. Sedangkan aku sama sekali tidak
pernah menceritakannya karena rasa malu, karena kulakukan justru tidak
dengan pacarku tetapi dengan laki-laki yang seumur dengan pamanku.Sejak
saat itulah aku mulai menceritakan aktifitas sexual kami kepadanya, aku
ceritakan bagaimana pengalaman pertamaku yang tanpa rasa sakit dan tanpa
darah, bagaimana Oom Marno mengajariku dan membimbingku dengan penuh
kesabaran .
Dan kuceritakan pula bagaimana induk
semangku itu begitu perkasanya di atas ranjang, bahkan beberapa kali aku
mengalami orgasme lebih dari satu kali. Pernah suatu kali aku ceritakan
pengalaman yang tidak kulupakan hingga sekarang (kini aku sudah
mempunyai dua orang anak yang sudah besar-besar), yaitu ketika kami
hanya berdua, aku dan Oom Marno bercinta di atas sofa ruang tamu.
Sungguh pengalaman yang fantastis.Dia duduk bersandar ke sofa, sedangkan
aku dalam posisi duduk atau lebih tepatnya jongkok di pangkuannya
menghadap ke arahnya,kelamin kami menjadi satu, saling mengisi, saling
menggesek dan menekan, menjepit dan menggoyang.Dan hubungan intim kami
akhiri dengan rintihan panjangku di pojok karpet di bawah meja tamu.
Sungguh pengalaman yang sangat hebat. Sampai kini pun aku selalu
mengkhayalkannya dan mengimpikannya.Hingga suatu saat Nani mengusulkan
seuatu yang membuatku termenung. Memang pada awalnya usulannya masih
bersifat gurauan, tetapi akhir-akhir ini ia semakin mendesakkan
kemauannya.
Bahkan sambil bergurau ia mengancam akan membeberkan kisahku ini ke pacarku.
Aku butuh waktu seminggu untuk menimbangnya, aku belum rela untuk berbagi cinta dengan kawanku ini, tetapi lama-lama aku tergelitik, apalagi Nani selalu membujuk dan mengkhayalkan keindahannya bagaimana kalau kami melakukan hubungan sex bertiga. Dan akhirnya aku pun menyetujuinya.Seperti yang sudah kuduga sebelumnya, Oom Marno tidak keberatan dengan gagasan ini. Dan dipilihnya waktu yang paling tepat, yaitu ketika istrinya sedang mengunjungi orang tuanya di Jawa Tengah.Dan tempat yang telah disepakati adalah di kamar tidurnya bukan di kamarku. Kamarnya ada di rumah induk, sedang kamarku ada di Paviliun yang memang disediakan untuk indekost.Sekitar jam sembilan malam, ketika teman kost lain sudah masuk kamar masing-masing. Aku pun masuk ke kamar Oom Marno tanpa satu orang pun yang melihat. Oom Marno yang sudah menunggu sambil nonton TV di kamar menyambutku dengan dekapan dan ciuman yang hangat. Kuedarkan mataku keliling kamar, sebuah kamar yang luas, indah dan mengagumkan, kamar yang tidak kalah dengan sweet room di hotel berbintang lima.
Aku butuh waktu seminggu untuk menimbangnya, aku belum rela untuk berbagi cinta dengan kawanku ini, tetapi lama-lama aku tergelitik, apalagi Nani selalu membujuk dan mengkhayalkan keindahannya bagaimana kalau kami melakukan hubungan sex bertiga. Dan akhirnya aku pun menyetujuinya.Seperti yang sudah kuduga sebelumnya, Oom Marno tidak keberatan dengan gagasan ini. Dan dipilihnya waktu yang paling tepat, yaitu ketika istrinya sedang mengunjungi orang tuanya di Jawa Tengah.Dan tempat yang telah disepakati adalah di kamar tidurnya bukan di kamarku. Kamarnya ada di rumah induk, sedang kamarku ada di Paviliun yang memang disediakan untuk indekost.Sekitar jam sembilan malam, ketika teman kost lain sudah masuk kamar masing-masing. Aku pun masuk ke kamar Oom Marno tanpa satu orang pun yang melihat. Oom Marno yang sudah menunggu sambil nonton TV di kamar menyambutku dengan dekapan dan ciuman yang hangat. Kuedarkan mataku keliling kamar, sebuah kamar yang luas, indah dan mengagumkan, kamar yang tidak kalah dengan sweet room di hotel berbintang lima.
Inilah pertama kali aku melihat kamarnya,
diam-diam kukagumi taste istrinya dalam menata kamar yang begitu indah
dan mengagumkan.Tidak berapa lama kemudian Nani datang menyusul,
terlihat kecanggungannya, hilang sifat lincahnya. Kubimbing dia ke arah
Oom Marno. Oom Marno memeluk Nani dan mencium pipinya.Kecanggungan
dicairkan oleh Oom Marno dengan obrolan ringan dan gurauan kecil. Karena
kulihat baik Oom Marno maupun Nani masih sungkan untuk melakukannya,
maka aku pun berinisiatif untuk memulainya.Kubimbing Oom Marno ke tempat
tidurnya yang sangat luas, kucumbu dan kucium dia. Kami berciuman,
saling mengelus cukup lama dan birahiku mulai naik ketika tangannya
meremas dengan lembut buah dadaku. Kulihat Nani masih duduk pasif di
ujung tempat tidur memperhatikan kami. Kulepas pelukanku dan kutarik
tangan Nani ke arah kami, dan ia segera masuk ke dalam rengkuhan Oom
Marno.Walaupun birahiku sudah mulai bangkit, tetapi kugeser posisiku
untuk memberi kesempatan pada Nani menikmati ciuman dan belaian Oom
Marno.
UH KESAL NYA AKU HARUS BERBAGI PENIS DENGAN TEMAN KARIB KU
Nani terlihat sangat bernafsu, apalagi
ketika buah dadanya yang sexy diremas-remas oleh Oom Marno.Tubuhnya
menindih tubuh Oom Marno dengan posisi miring memberi kesempatan buah
dada kirinya untuk diremas, dua belah pahanya menjepit paha kanan Oom
Marno, bahkan dari gerakan pinggulnya aku yakin Nani sedang menggesekkan
selangkangannya di paha Oom Marno.Kuhampiri Nani, kubuka resleting di
punggungnya, ia menghentikan kegiatannya untuk memberikan kesempatan aku
melepas pakaiannya, dan dalam sekejab dia sudah telanjang bulat,
seperti diriku dia juga tidak mengenakan BH maupun CD.Tubuhnya memang
indah dan aku selalu mengagumi tubuhnya itu, karena sebagai teman
sekamar, aku sudah terbiasa melihat kepolosannya itu. Hanya ada satu hal
yang belum pernah kulihat, yaitu bibir bawahnya tampak sedikit
membengkak dan warna kemerahan membayang di balik rambut kemaluan yang
tidak terlalu lebat.Oom Marno segera meraih kedua buah dadanya untuk
mencium sekaligus meremasnya, Nani tampak menikmatinya dan membiarkan
seluruh tubuhnya dinikmati oleh Oom Marno.
Tangannya kulihat mulai mengelus pangkal
paha Oom Marno yang masih terbungkus piyama.Aku sebenarnya sangat
terangsang dengan adegan itu, apalagi ketika mereka berdua sudah tanpa
busana, dan percintaan mereka makin seru dimana dalam posisi tidur
telentang di tengah tempat tidur yang harum dan mewah.Oom Marno
mempermainkan kelamin Nani dengan lidah dan bibirnya, sedangkan Nani
setengah jongkok di kepala Oom Marno merintih-rintih keenakan sambil
menunduk melihat kemaluannya yang sudah makin membengkak.Kulepas
pakaianku, kurasakan buah dadaku sudah mengeras dan vaginaku sudah
terasa basah. Kudekati penis Oom Marno yang tegak berdiri dengan kepala
yang mengkilat, dikelilingi oleh otot yang kebiru-biruan, sebuah
pemandangan yang bagiku sangat indah. Kugenggam batang penisnya, kadang
kukecup ujung penisnya.Tidak seperti biasanya, kali ini aku tidak berani
memainkannya seperti yang disukainya. Aku tidak menelusuri otot
batangnya dengan lidahku, tidak pula menyedot seperti menyedot es lilin
ketika aku masih kanak-kanak.
Karena aku sadar, bahwa perjalanan masih
panjang. Kali ini dia akan bercinta dengan dua orang wanita muda yang
sedang haus-hausnya. Aku takut dia akan selesai sebelum waktunya.Ketika
Nani mengerang makin keras, dan gerak pinggulnya terlihat makin tidak
terkendali, Oom Marno segera mengakhiri permainan. Dia bangkit dan
membimbing Nani untuk rebah di sampingnya berbantal lengan kirinya.
Direngkuhnya aku, sambil mencium bibirku tangan kanannya merangkulku dan
mengelus pungggungku.Kunikmati permainan lidahnya, kadang lidahnya
menjalar dalam mulutku, kadang lidah kami saling beradu. Kubiarkan
tangan Nani ketika dari posisinya dia mejulurkan tangan untuk ikut
meremas buah dadaku, karena menambah kenikmatan yang kurasakan.Bahkan
ketika dia bangkit dan jarinya menyibak bukit kemaluanku yang sudah
basah, aku malah merentangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Aku sama
sekali tidak merasa risih, bahkan sebenarnya aku ingin dia melakukan
lebih dari mengelus klitorisku.
Aku ingin bibir Nani yang sensual itulah yang melakukannya. Tapi itu tidak dilakukannya.
Oom Marno bangkit dari posisi tidurnya, dari gerak dan sikapnya aku segera tahu bahwa dia sudah akan menyudahi pemanasan yang bagi kami terasa sangat lama dan menyenangkan, walaupun sebenarnya Nani sudah memintanya sejak tadi.Aku memberi kesempatan Nani untuk melakukannya terlebih dahulu, ia sudah dalam posisi telentang dengan kaki yang ditekuk dan kedua belah paha terbuka lebar,sehingga dua bukit kemaluannya terbelah dengan menampakkan semburat magma merah dari celahnya.Sebuah pemandangan yang sangat indah, sebuah tubuh putih yang mengkilat karena keringat, buah dadanya yang padat pinggang yang ramping. Mata Nani memandang sayu ke arah Oom Marno yang sudah berada di depannya siap melakukan tugasnya.Oom Marno masih menjelajahi tubuh indah itu dengan matanya sambil tangan mengelus paha Nia, tubuhnya masih kelihatan kokoh. Aku tak pernah bosan memandang,
Oom Marno bangkit dari posisi tidurnya, dari gerak dan sikapnya aku segera tahu bahwa dia sudah akan menyudahi pemanasan yang bagi kami terasa sangat lama dan menyenangkan, walaupun sebenarnya Nani sudah memintanya sejak tadi.Aku memberi kesempatan Nani untuk melakukannya terlebih dahulu, ia sudah dalam posisi telentang dengan kaki yang ditekuk dan kedua belah paha terbuka lebar,sehingga dua bukit kemaluannya terbelah dengan menampakkan semburat magma merah dari celahnya.Sebuah pemandangan yang sangat indah, sebuah tubuh putih yang mengkilat karena keringat, buah dadanya yang padat pinggang yang ramping. Mata Nani memandang sayu ke arah Oom Marno yang sudah berada di depannya siap melakukan tugasnya.Oom Marno masih menjelajahi tubuh indah itu dengan matanya sambil tangan mengelus paha Nia, tubuhnya masih kelihatan kokoh. Aku tak pernah bosan memandang,
entah sudah berapa kali aku menjamah dan
menikmati tubuh lelaki itu.Aku lah yang tak sabar melihat adegan sejoli
ini berlama-lama, kuraih penisnya dan kutuntun ke arah lubang kawah yang
merah menyala. Nani sedikit mendongakkan kepala ketika ujung kemaluan
Oom Marno mulai masuk ke vaginanya, mulutnya mendesis lembut.Jika sedang
bercinta denganku, Oom Marno selalu memulai dengan tidak memasukkan
penuh, tetapi hanya kepalanya saja, kemudian menancapkan berkali-kali ke
arah atas di belakang klitoris, memutar dan menggoyangnya.Demikian juga
yang dilakukan kepada Nani, kocokan ringan itu membuat Nani makin
mendesis-desis, disertai sapuan lidah di bibirnya sendiri. Lututnya
terlihat bergerak membuka dan menutup kadang-kadang pinggulnya diangkat
mencoba menenggelamkan batang yang mempesona itu, tetapi selalu
gagal.Aku tidak dapat menahan diri, tanganku kuremaskan ke buah dada
Nina yang bergoncang lembut, bahkan lama-lama jari tanganku
mengelus-elus klitoris Nani yang tidak lagi mendesis tetapi sudah
merintih-rintih.
UH KESAL NYA AKU HARUS BERBAGI PENIS DENGAN TEMAN KARIB KU
Oom masukkan yang dalam.., sampai habis..!
ia menghiba sambil tangannya menekan pantat Oom Marno.Dan dia merintih
panjang ketika penis Oom Marno menancap makin dalam sampai ke
pangkalnya.Kulihat di depan mataku sepasang manusia sedang malakukan
persetubuhan, sang wanita sambil mendekap pasangannya, mulutnya merintih
dan mendesis. Sang lelaki dengan tubuh yang berkeringat mengayunkan
pinggulnya ke atas ke bawah, kadang desis kenikmatan juga terdengar dari
mulutnya. Sesekali sang lelaki dengan mata penuh nikmat menatap kosong
kepadaku.Aku mundur ketika Nani mulai liar, kakinya mendekap tubuh Oom
Marno dengan kencang, pinggul diangkat ke atas seakan ingin menyatu
dengan lawan mainnya, dagunya mendongak disertai lenguhan panjang,
Aaahhh Detik-detik indah Nani telah lewat, beberapa saat Oom Marno masih
menindih di atas tubuhnya, dibelainya rambutnya dan dicium lembut
bibirnya. Sebenarnya pada saat yang sama vaginaku sudah berkedut nikmat,
aku sangat terangsang penuh birahi, tapi aku masih harus besabar
beberapa menit untuk memberi kesempatan Oom Marno mengambil nafas.
Walaupun aku tahu pasti bahwa dia belum
berejakulasi.Aku segera turun dari tempat tidur, kuambil tissue dan
kondomku, kubersihkan dengan hati-hati penisnya yang basah kuyup oleh
lendir Nani. Kusarungkan kondom berwarna merah jambu di kemaluannya.
Beda dengan Nani yang tidak menyukai memakai alat itu, dia lebih
menyukai pil KB yang diminumnya secara rutin, karena hubungannya dengan
pacarnya.Kulihat Oom Marno sambil telentang memperhatikan apa yang
sedang kulakukan, mulutnya medesis penuh nikmat ketika penis yang sudah
bersarung itu kukulum dan kusedot.Dalam nafsuku yang puncak itu, aku
merasakan tidak perlu lagi pemanasan, aku segera memposisikan diri
jongkok di atasnya, kamaluan kami sudah berhadapan nyaris menyentuh.Aku
masih sempat bermain di luar sebentar, sebelum semuanya kumasukkan
sampai ke dasar dinding rahimku. Kurebahkan tubuhku di atas tubuhnya,
kuhisap mulutnya.Kukerutkan otot-otot di dalam vagina untuk mencengkeram
penisnya. Bersamaan dengan itu kuputar pinggulku sambil kutarik ke atas
sampai ke leher kemaluannya.
Kemudian dengan cara yang sama kulakukan
dengan arah ke bawah, dan kulakukan berulang-ulang. Ia mengelus dan
meremas bokongku, pinggulnya menyodok vaginaku dari bawah dengan irama
yang sudah sangat harmonis. Posisi ini adalah posisi favoritku (hingga
kini). Buah dadaku terhimpit di dadanya, perutku menggeser-geser
perutnya dan desis kenikmatan kami semakin menyatu.Kurasakan gesekan
otot dan kulit penisnya di dalam vaginaku, rasanya enak sekali, kepala
penisnya yang besar yang menyodok-nyodok dinding rahimku makin menambah
kenikmatan yang kualami.Bagian dalam vaginaku berkedut makin dalam.Aku
melenguh panjang, kutepuk pundaknya dan ia segera mengerti untuk
menghentikan kocokannya. Sementara aku juga menghentikan gerakanku dan
meikmati kedutan yang merambah jaringan kemaluanku. Aku mengalami
orgasme ringan, aku tidak ingin permainan cepat selesai, baru lima belas
menit kami bersetubuh, biasanya aku tahan lama sekali. Mungkin karena
aku menonton dan terlalu meresapi permainan Nani tadi.Aku masih menumpuk
di atas tubuh Oom Marno, kemaluannya masih terjepit dalam sekali di
dalam kelaminku yang masih menjalar rasa nikmat.
Oom.., enak sekali. Aku pengen lama.
Lamaaaa sekali..! kucium pipinya dan kudekap tubuhnya.Dan ketika dia
mulai mengocokku dengan ringan dari bawah, segera kutepuk kembali
pundaknya, Aaaah, jangan dulu Oom.., Lani belum turun..Kurebahkan
kepalaku di samping kepalanya, kudekap tubuhnya yang kekar, kuluruskan
kakiku sehingga paha kami saling menempel, dengan posisi ini aku merasa
menjadi satu dengannya. Kemaluannya masih tetap di dalam tubuhku.Wajahku
berhadapan dengan wajah Nani yang sejak tadi menonton pertunjukan
kami,tangan kirinya meremas-remas buah dadanya sendiri, sedangakan
tangan kanannya menggosok-gosok klitorisnya. Nani sudah mulai bangkit
lagi nafsunya, wajahnya menampakkan kenikmatan mansturbasinya.Menit
berikutnya Oom Marno sudah menggulingkan tubuhku ke samping tanpa
melepaskan kesatuan kami. Dan dalam sekejap tubuh yang mengkilat oleh
keringat sudah dihadapanku dengan posisi push up, kedua tangannya berada
di samping tubuhku, kedua kaki lurus dan merapat. Penisnya sangat besar
dan keras masih terasa menekan dalam lubang kenikmatanku.
Kulipat kakiku dan kubuka lebar-lebar
pahaku, karena aku tahu bahwa Oom Marno akan segera mengaduk-aduk isi
kelaminku dengan alatnya itu. Aku sudah siap untuk dipuasinya, dan aku
pun siap untuk memberikan peyananku.Dia mulai menarik pelan-pelan
penisnya, kuimbangi dengan remasan otot vagina, kurasakan nyeri
kenikmatan dari bawah tulang kemaluanku. Aaahhh.., aku mulai mendesis,
kuputar pinggulku, dan kuremas-remaskan dan kusedot habis kemaluannya,
aku merintih tidak tahan, Oom Marno mendesis.Aku dipompa dengan putaran
ke kanan kadang ke kiri, kadang diulir kadang ditancap lurus ke
bawah.Rasa geli dan desiran nikmat makin merambat di seluruh kemaluanku.
Kakiku sudah terangkat tinggi menggapit pinggangnya, pinggulku selalu
melekat erat dengan pinggulnya.Pangkal kemaluan kami saling melekat,
klitorisku bergetar hebat. Oom Marno mendekapku erat, diciumnya bibirku,
nafasnya sudah memburu, kocokan penisnya menghujam dengan kencang dan
dalam, bersamaan dengan itu kedutan dahsat dalam lubang kemaluanku. Dia
telah memancarkan spermanya.Bersamaan dengan itu kulepas pula
keteganganku. Kutahan jeritan kenikmatanku.Oom Marno.., ohAku tergolek
lemah di samping Nani yang sedang menuju klimaks dalam mansturbasinya.
Malam yang indah yang sampai kini pun aku sering melamunkannya
No comments:
Post a Comment